Type Here to Get Search Results !

MAKNA ISTAWA DAN ARSY ALLAH DALAM SURAH AL A'ARAF

0

Penulis Von Edison Alouisci

Saya mencoba mencermati dua kata dalam judul diatas,mengingat kedua hal tersebut banyak membuat kesimpang siuran pemahaman padat teks  terjemahan Al quran sehingga ada sebagian orang membuat statement berbeda dgn yang lain.
.
Uraian ini tdk bermaksud menggurui melainkan ACUAN untuk melihat dari sisi lain tentang dua hal diatas.
.
Perhatikan Ayat berikut ini. sengaja di tulis latin agar mudah di pahami :
.
“inna rabbakumu allaahu alladzii khalaqa alssamaawaati waal-ardha fii sittati ayyaamin tsumma ISTAWAA  'alaa  AL'ARSYI yughsyii allayla alnnahaara yathlubuhu
hatsiitsan waalsysyamsa waalqamara waalnnujuuma
musakhkharaatin bi-amrihi alaa lahu alkhalqu waal-amru tabaaraka allaahu rabbu al'aalamiina”
.

Arti ayat sbb :
.
Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia BERSEMAYAM di atas ARSY. Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya.Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak
Allah. Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam.(QS.7.54) 

Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia “Istawa” di atas “Arasy” - Qs. 7 al-A'raf : 54

(INI TERJEMAHAN DEPAG RI dan KBBI) 
.
sekarang mari kita melakukan pemaknaan Istawa dan arasy ini dari sudut bahasa, diawali dari pembentukan katanya lalu menginjak kepada pembahasan teori pembentukan kalimatnya dan didukung oleh ayat-ayat lain yang terkait masalah tersebut.

Nanti setelah itu kita
bisa mengambil pengertian dan makna yang mendekati objektif (Haq) dari ayat tersebut di atas.
.
1.Pertama yang akan kita bahas adalah kata Istawa Fi’il Madhi (kata kerja bentuk lampau, telah, sudah) dengan dhomir (Kata Pengganti Nama Subjek) Huwa (DIA)

Untuk kata ini maknanya menjadi Dia telah melakukan “Istawa”
.
Kata Istawa ini ini berasal
dari kata ﺳﺆﺉ sawaa atau sawaya (tsulatsi Mujarrad) yakni kata yang terdiri dari tiga huruf Aseli, Sin Wawu dan Ya.
.

MENURUT KAMUS TATA BAHASA ARAB ARTINYA : 
.Sama, serupa, seimbang; 

Perlu diketahui bahwa kata Sawa tersebut termasuk kategori kata “Lazim” atau kata yang tidak memerlukan objek.
.
Agar  bisa menjadi kata yang memerlukan objek  maka harus melalui proses pemindahan pola atau wazan.

Di pesantrennya dikenal dgn istilah dita’diyahkan dari tiga huruf Pokok (Tsulatsi mujarrad) menjadi Tiga Huruf Pokok Plus (Tsulatsi Mazied).
.
kata Sawa tersebut mendapat tambahan dua huruf yaitu Alif di awalnya dan huruf Ta setelah huruf Sin sehingga yang tadinya kata :
.
ﺳﺆﺉ 
.
sawaa.
pada pola/waza Ifta’ala, menjadi :
.
ﺇﺳﺘﺆﺉ
Istawa.

Perpindahan pola dari Tsulatsi Mujarrad menjadi Tsulatsi Mazied di dalam tata bahasa Arab dan atau Alqur’an ini salah satunya adalah perubahan makna dari Kata Intransitif menjadi kata yang bermakna Transitif.

Untuk kata sawa yang mempunyai arti sama, serupa, seimbang maka setelah menjadi Kata Kerja Telah Istawa (Fi’il Madhi) dengan dhomir Huwa (DIA) artinya  jadi sebagai
berikut : 
.
‘Dia Telah Memberi keseimbangan’.
.
Selain merubah dari Intransitif menjadi transitif, ada juga yang merupakan kebutuhan untuk makna lain seperti menjadi bermakna saling (lil Musyarakah),meminta ampun (Liththolab) dlsb.
.
Kita beri Contohnya : 
.
Kata ﻗﺘﻞ qatala (tsulatsie Mujarrad) yang mempunyai arti membunuh dipindah pola menjadi tambah Alif setelah huruf Qaf wazannya adalah 
Faa’ala menjadi ﻗﺎﺗﻞ Qaatala, sehingga maknanya pun berubah
menjadi Perang, perang adalah istilah lain dari kata saling membunuh.

Dengan demikian salah satu
perubahan dari tsulatsie mujarrad menjadi tsulatsi mazied atas pola Faa’ala diantaranya adalah
memberikan tambahan arti Saling pada kata tersebut.
.
SEKARANG SAYA BERI CONTOH SBB :  
.
Kata ﻏﻔﺮ (tsulatsie Mujarrad) yang
mempunyai arti robah, ampun dlsb. Dirubah dengan menambah tiga huruf tambahan yakni Alif Sin dan Ta di awalnya Wazannya Istaf’ala menjadi kata ﺇﺳﺘﻐﻔﺮ 

sehingga makna baru dari kata tersebut adalah menjadi Meminta
perubahan atau Meminta ampun, memohon perubahan.
.
sehingga kita bisa mengambil kesimpulan bahwa perubahannya adalah karena makna yang dibutuhkan adalah menyisipkan kata Meminta atau memohon atas
kata tersebut.

PERHATIKAN CONTOH SBB : 

KATA KHATULISTIWA

Kata ini adalah serapan dari bahasa arab dan di ajarkan dalam ilmi fisika di sekolah sekolah hingga sekarang. 

Apa arti khatulistiwa dalam ilmu fisika ? 
.
Khatulistiwa yang merupakan garis tengah bumi. 

Kata Khat berarti garis
dan AL ISTIWA yang artinya tengah-tengah,keseimbangan sebagaimana arti dalam kamus tata bahasa arab. 
.
Nah dalam  ilmu pengetahuan Astronomi,pisika lengkapnya : 

"Khatulistiwa ialah garis tengah bumi yang melintang pada bola dunia dan merupakan sebuah kawasan/area yang membelah bumi menjadi pemisah antara kutub utara dan kutub Selatan yang merupakan sesuatu yang
memberi keseimbangan bumi dari pengaruh dua Kutub"
.
Jadi AL-ISTIWA dalam kata KHATULISTIWA Berarti garis tengah alias SEIMBANG.
.
Nah kalian pasti baru menyadari pasti Janggal kalau Al-istiwa dimaknai BERSEMAYAM Dalam kalimat KHATULISTIWA. 
.
Tidak mungkin khatulistiwa diartikan GARIS BERSEMAYAM toh ? 
.
Silahkan saja tanya guru guru sekolah,kuliah,ahli astronomi !
.
Menurut saya,bagaimana bisa kata Istawa diartikan oleh sebagian orang dgn kata bersemayam.

Lebih tidak masuk akal lagi ketika kata bersemayam itu di tujukan kepada Allah yang  Maha Suci, Maha besar, maha segalanya sedangkan bersemayam sama artinya DALAM SUATU WADAH
.
Jika Allah ada dalam wadah maka menafikan bahwa Allah maha besar (ALLAHU AKBAR) karena besarnya wadah-NYA.

Jelas sekali tidak masuk akal saya jika dipahami bahwa Istawa artinya bersemayam 

Ingat bahwa kata bersemayam termasuk bagian dari TAKWIL sebab makna istawa itu ada banyak makna !! 
.
NALAR ?
.
SEKARANG KITA LIHAT SOAL ARSYI.
.
Setelah kita pahami makna ISTAWA  diatas,sekarang saya ajak anda memahami istilah Arsy atau Arasy yang terdapat dalam ayat tersebut dan merupakan gandengan kata Istawa itu sendiri. 
.
Pembahasan kata Arsyun ini tidak begitu rumit dibanding ketika menjelaskan pembentukan kata Istawa.
.
Arsyun atau Arsy. Seperti pada umumnya semua kata dalam bahasa Arab itu dibentuk dari tiga huruf pokok yakni Ain, Ra dan Syin ﻋﺮﺵ menjadi kata Arasya Fi’il Madhi (kata kerja telah) yang artinya DIA telah membangun, mencipta atau membuat.
.
Sedangkan kata Arsyun adalah merupakan Mashdar (Kata benda) dari kata kerja arasya tersebut.
.
Kalau arasya diterjemahkan
membangun maka kata benda dari kata membangun adalah bangunan.
Sehingga kata Arsyun secara harfiyah adalah bangunan.
.
Dalam teori kalimat kata benda dibedakan dalam dua bentuk sifatnya :
.
A .Sifatnya masih Umum
Bentuknya Lazim.
.
B.Bentuk sifatnya sudah khusus, tertentu, ditunjuk,bentuknya Ma’rifat . 
.
Adapun tandanya jika kata tersebut ber harakat tanwin itu sudah dipastikan bahwa kata tersbut itu adalah sifatnya masih
umum , sedangkan yang khusus
tandanya adalah pada kata tersebut didahului oleh ﺃﻝ Alif
Lam. 

Nah yang tadinya Arsyun ditambah huruf Alif dan Lam
didepannya sehingga berbunyi :
.
 ﺃﻟﻌﺮﺵ 
.
Al-‘Arsyu 

Otomatis Artinya menjadi  ”Bangunan itu” atau ma’rifat,
sudah menunjuk suatu bangunan tertentu (yang ditunjuk).
.

Dari uraian saya diatas,
Mari kita terapkan dua pengertian kata  Istawa dan Arasy diatas dangan menggabungkan antara kata Istawa dengan kata Arsyun, disisipi olek salah satu jenis bentuk kata sandang ﺣﺮﻑ ﺟﺮ Harf Jar yakni ﻋﻠﻰ ‘Ala yang artinya atas, pada atau diatas. 

tiga kata tersebut menjadi sepotong anak kalimat “Istawa Ala Al-Arsyi”
.
Jika kita terapkan maka Istiwa Ala Al-Arsyi Artinya :
.
 “DIA Allah SWT telah
memberi keseimbangan atas Bangunan itu.”
.
Sekarang kita kembali pada ayat yang saya jelaskan di awal.. (QS.7.54) 
perhatikan Artinya : 
.
Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu
“DIA Allah SWT telah memberi keseimbangan atas Bangunan itu (langit dan bumi). Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya.
.
Terjemahan ini lebih masuk akal ketimbang mengartikan istawa dgn bersemayam ! 

Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak
Allah. Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam.
.
INGAT !! 
.
Ayat itu menceritakan kekuasaan-NYA menciptakan langit,bumi,matahari,bulan,bintang,siang dan malam dgn  seimbang BUKAN  MENCERITAKAN TEMPAT ALLAH !! 

Menurut saya terjemahan bahasa indonesia dari DEPAG soal kata ISTAWA  dgn makna BERSEMAYAM dalam ayat ini perlu DI REVISI  karena jelas keliru dan tidak perlu di pertahankan !! 

Asbabun nuzul ayat itupun bukan terkait soal keberadaan Allah tetapi mengenai bagaimana allah menciptakan alam semesta !  

Jika pihak DEPAG mempertahankan pengertian istawa adalah bersemayam maka saya pastikan DEPAG RI telah menjerumuskan umat pada pemahaman mujasimah !  

Sungguh  itu kesalahan terbesar dan perlu adanya pembahasan ulang dengan MUI juga tokoh tokoh ulama aswaja  seluruh indonesia  ! 

Saya sangat yakin pemahaman ASWAJA bahwa Allah Ada tanpa tempat dan tidak berarah adalah hal yang VALID dan masuk akal ! 
.
Allah ada tanpa tempat dan arah. Karena seandainya Allah mempunyai tempat dan arah, maka akan banyak yang serupa dengan-Nya. 

Karena dengan
demikian berarti ia memiliki dimensi (panjang, lebar dan kedalaman). Sedangkan sesuatu yang demikian, maka ia adalah makhluk yang membutuhkan kepada yang menjadikannya dalam dimensi tersebut.
.
ﻗَﺎﻝَ ﺭَﺳُﻮْﻝُ ﺍﻟﻠﻪِ: "ﻛَﺎﻥَ ﺍﻟﻠﻪُ ﻭَﻟَﻢْ ﻳَﻜُﻦْ ﺷَﻰﺀٌ ﻏَﻴْـﺮُﻩُ " ‏( ﺭﻭﺍﻩ ﺍﻟﺒﺨﺎﺭﻱ ﻭﺍﻟﺒﻴﻬﻘﻲ ﻭﺍﺑﻦﺍﻟﺠﺎﺭﻭﺩ )

.
Rasulullah Shallallahu 'Alayhi Wa Sallam bersabda:
“Allah ada pada azal (Ada tanpa permulaan) dan belum ada sesuatupun selain-Nya”. (H.R. al-Bukhari, al- Bayhaqi dan Ibn al-Jarud)
.
Makna hadits ini bahwa Allah ada pada azal (keberadaan tanpa permulaan), tidak ada sesuatu (selain-Nya) bersama-Nya. Pada azal belum ada angin, cahaya, kegelapan, 'arsy, langit, manusia, jin, malaikat, waktu, tempat dan arah. Maka berarti Allah ada sebelum terciptanya tempat dan arah, maka Ia tidak membutuhkan kepada keduanya dan Ia tidak berubah dari semula, yakni tetap ada tanpa tempat dan arah, karena berubah adalah ciri dari sesuatu yang baru
(makhluk).
.

( ﻟَﻴْﺲَ ﻛَﻤِﺜْﻠِﻪِ ﺷَﻰﺀٌ ‏) ‏( ﺳﻮﺭﺓ ﺍﻟﺸﻮﺭﻯ: 11 )
.
“Dia (Allah) tidak menyerupai sesuatupun dari makhluk-Nya, dan tidak ada sesuatupun yang menyerupai-Nya”.
(QS. as-Syura: 11)
.
Nah Kalau kita  beri'tiqad bahwa Allah "bersemayam di Arsy" seolah sama dengan makhluk yang berdiam disuatu tempat  dan pada akhirnya kita sama dgn menyembah berhala.
.
Jika sudah beritiqad demikian maka kita belum mengenal Allah yang patut kita sembah.
.
Sholatlah seratus kali sehari,
Hajilah seratus kali,Zakatlah sebanyak  banyaknya,Puasalah terus menerus,Semua itu percuma jika Tuhan yang kita sembah adalah BERHALA dan itu sesungguhnya SYIRIK TERBESAR dan bahkan kafir.
.
Ayat-ayat Muhkamat dan Mutasyabihat tidak boleh sembarangan kita pahami dgn mudah.Sebuah kesalahan tafsir berarti akan terperangkap dalam akidah sesat.

Hanya ini yang bisa jelaskan dan yang paling penting saya berharap tokoh tokoh  ASWAJA. MUI. DEPAG RI  memahami tulisan ini dan bisa membahasnya kembali soal terjemahan Indonesia  yang menurut saya keliru. 

Intaha.
.

By.Von Edison Alouisci

Share it ! 


.
Tags

Posting Komentar

0 Komentar

Top Post Ad

Below Post Ad