Type Here to Get Search Results !

Hikmah dalam Ujian

0
Orang yang ditahan adalah orang yang ditahan (jauh) dari Tuhannya. Dan orang yang ditawan adalah mereka yang ditawan oleh hawa nafsunya.

Dalam kehidupan ini, kebahagiaan selalu berpasangan dengan kesedihan. Keduanya silih berganti menghiasi hidup kita. Adalah sebuah keniscayaan bahwa satu masa dalam hidup kita, Allah memberikan ribuan karunianya, dan dimasa yang lain, Allah memberi musibah-musibah yang harus kita hadapi.

Entah itu kesenangan ataupun kesedihan, semuanya itu bisa menjadi ujian buat kita. Namun ketahuilah wahai orang-orang yang beriman, yang sedang diuji hidupnya, bahwa anda sangat beruntung. Yaitu Orang-orang yang sabar dalam ujiannya. Karena tidaklah Allah memberikan ujian, kecuali Allah mencintaimu. Ingat sabda Nabi dalam hadist shahihnya, “Barangsiapa yang menghendaki kebaikan, ia akan dikenakan musibah.”

Kemudian juga dalam firmanNya:

“ Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar. Yaitu orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka berkata “Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un (sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali). Mereka itulah yang memperoleh ampunan dan rahmat dari Tuhannya dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (Al-Baqarah : 155 – 157)

“Ataukah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) seperti (yang dialami) orang-orang terdahulu sebelum kamu. Mereka ditimpa kemelaratan, penderitaan dan diguncang (dengan berbagai cobaan). Sehingga Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya berkata, “Kapankah datang pertolongan Allah?” Ingatlah sesungguhnya pertolongan Allah itu dekat.”(Al-Baqarah : 214)

Ketahuilah sahabat, Allah mengujimu untuk meninggikan derajatmu di surga, karena Ia mencintaimu. Ia mengujimu agar kamu sadar dari kelalaian jiwamu dan agar kamu tidak terlena dengan dosa-dosamu, karena Ia mencintaimu.

Ia mengujimu untuk menghapus kesalahanmu, karena Allah ingin mengharamkan nerakaNya darimu.

Ia mengujimu agar kamu menyadari nikmat-nikmat Nya sehingga kamu dapat mensyukurinya, karena Ia mencintaimu.

Ia menguji kamu agar kamu mengetahui nilai dunia dan hakikatnya, sehingga kamu menyadari betapa bernilainya akhirat, ini juga karena Ia mencintaimu.

Ia mengujimu supaya kamu ridha kepadaNya, sehingga kamu berhak mendapatkan ridha dari-Nya, karena Ia mencintaimu.

Ia mengujimu agar kamu merasa rendah di hadapan-Nya, sehingga kamu senantiasa berdoa di malam hari dan berharap Allah segera mengabulkan doamu, serta mengganti satu nikmat yang telah hilang dengan nikmat lain yang berlimpah, karena Allah mencintaimu.

Ia mengujimu agar kamu masuk surga dengan jalan yang sangat mudah.

Ia mengujimu untuk mendidikmu agar dapat bersikap proporsional terhadap apa yang Allah karuniakan ataupun apa yang Allah ambil kembali darimu.

Ia mendidikmu dan itupun karena Ia mencintaimu.

Seperti FirmanNya dalam Al-Qur’an :
“Setiap bencana yang menimpa di Bumi dan yang menimpa dirimu sendiri, semuanya telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfuz) sebelum Kami mewujudkannya. Sungguh, yang demikian itu mudah bagi Allah. Agar kamu tidak bersedih hati terhadap apa yang luput dari kamu, dan tidak pula terlalu gembira terhadap apa yang diberikanNya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong dan membanggakan diri.(Al-Hadid : 22 – 23)

Demikian sahabat, ada beribu hikmah dalam ujianNya. Kita tidak boleh meminta ujian tersebut, dan hendaklah bersabar saat kita harus menghadapinya. Kita harus senantiasa mencari hikmahnya dan berprasangka positif kepada Allah. Karena sesungguhnya Allah, Yang Maha Pengasih lagi Maha Mengetahui, telah mentakdirkan yang terbaik untuk hambaNya yang beriman dan berbuat kebaikan.

Masih ingat kisah nabi Musa dan Khidir? Ketika itu, Musa tidak bisa bersabar terhadap ketiga hal yang dilakukan oleh Khidir. Ketidaksabaran Musa ini lantaran Musa melihat hal tersebut sebagai suatu kedzaliman, padahal sesungguhnya tidak demikian. Karena Khidir melakukannya atas dasar petunjuk dari Tuhannya.

Tampak mendzalimi karena kita kurang berpengetahuan terhadap hal-hal tersebut. Bahwa hal-hal yang tampaknya mendzalimi itu, sebenarnya merupakan jalan menuju rahmat dan kasihsayang Allah untuk hamba-hambaNya yang sholeh.

“….Tetapi boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu , padahal itu tidak baik bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (Al-baqarah : 216)

Begitulah sahabat, jika kita menyerahkan sepenuhnya segala masalah yang kita hadapi kepada Allah Ta’ala. Kemudian, menyadari diri kita dan segala apa yang kita cintai adalah milik Allah yang hanya dipinjamkan olehNya kepada Kita, maka hati kita akan terasa lapang dan tentram saat menghadapi ujianNya. Hati kita akan ikhlas ketika Allah mengambil kembali apa yang memang menjadi kepunyaanNya.

“…Barangsiapa yang menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah, dan dia berbuat baik, dia mendapat pahala di sisi Tuhannya dan tidak ada rasa takut dan tidak bersedih hati.” (Al-Baqarah : 112)

Contoh Ketangguhan Para Nabi dan Salafussholeh dalam Menghadapi Ujian

Kita tahu bahwa dinul Islam, yang kita yakini sekarang, juga dibangun oleh perjuangan para Nabi dan salafussholeh. Perjuangan yang diwarnai dengan cobaan dan penderitaan yang sangat berat. Dan tentu saja ujian ini jauh lebih berat dari ujian yang kita rasakan sekarang.
Ingat, cobaan Nabi Muhammad SAW saat berdakwah di tanah Thaif. Ketika itu, terjadi Penolakan bani Abdu Yalil terhadap dakwah beliau. saat itu, Nabi dituduh sebagai pembohong besar. Dan bukan hanya itu, orang-orang bani Abdu yalil juga melempari beliau dengan batu secara bertubi-tubi.

Akibatnya beliau terjatuh ke tanah. Lalu dengan susah payah beliau berusaha bangkit kedati lemparan batu itu masih terus menghujani beliau. Sementara itu, anak-anak kecil berlari-lari dibelakang beliau, sembari mengolok-olok beliau dengan cercaan,” dungu” dan “gila”.

Ditengah gelombang ujian dan cobaan berat itu, terucaplah sebuah doa yang lahir dari kejujuran hati beliau, yaitu doa penuh pengharapan akan segala rahmat dan ridha-Nya. Berikut doa yang beliau ucapkan :

“Ya Allah, aku mengadukan kepada Engkau akan segala kelemahanku, sedikitnya kemampuanku dan kehinaanku dimata manusia. Engkaulah Tuhan orang-orang yang lemah dan Engkaulah Tuhanku. Kepada siapakah Engkau menyerahkan daku, apakah kepada kaum yang tak berkenan menerimaku dengan sikap yang tidak menunjukkan keramahan (menyakiti), ataukah Engkau menyerahkan aku kepada para musuh? Jika bukan karena kemurkaan-Mu, aku tidak akan pernah peduli. Aku berlindung kepada cahaya wajah-Mu yang menerangi semua kegelapan dan membuat urusan dunia dan akhirat menjadi baik, dari turunnya kemurkaan dan marah-Mu atasku. Peringatkanlah aku hingga Engkau ridha. Tiada daya dan upaya selain dariMu.”

Dan Allah pun segera mengabulkan doa yang tulus tersebut dan segera mendatangkan bantuan.
Contoh dari ketangguhan orang-orang sholeh terdahulu dalam menghadapi ujian dapat kita lihat dari Ibnu Taimiyah.

Ingat bahwa ketika Ibnu Taimiyah dimasukkan ke dalam penjara di Qal’ah (benteng), beliau berkata,”Apa gerangan yang akan diperbuat musuh-musuhku! Surga dan kebunku berada didadaku, kemana saja aku pergi ia senantiasa bersamaku. Kitab Allah dan Sunnah Nabi-Nya bersamaku. Jika mereka membunuhku, maka kematianku adalah syahid. Jika mereka mengasingkanku, maka pengasingan bagiku merupakan kesempatan untuk santai. Jika mereka memenjarakanku, maka penjara bagiku laksana tempat khalwat-ku. Orang yang ditahan adalah orang yang ditahan (jauh) dari Tuhannya. Dan orang yang ditawan adalah mereka yang ditawan oleh hawa nafsunya.”

Murid Ibnu Taimiyah yang cerdas, Ibnul Qayyim al-jauziyah mengatakan, “demi Allah, aku tidak melihat seorang pun yang lebih enak dan santai hidupnya dari beliau. Walaupun hidupnya serba sulit tetapi ia tetap orang yang paling lapang dadanya, paling kuat hatinya dan paling gembira jiwanya. Dari wajahnya memancar cahaya penuh kedamaian.”

Melakukan apa yang telah penulis tuliskan memang tidak semudah membalikkan telapak tangan. Dan hanya dengan pertolongan Allah sajalah kita dapat menghadapi ujian tersebut dengan hati yang ridho.

Oleh karenanya, jangan pernah bosan untuk berdoa agar Allah mengkaruniakan hati yang senantiasa bersyukur atas segala NikmatNya, ridho dengan apa yang dikehendakiNya dan mohon juga padaNya agar Allah senantiasa memberkahi apa-apa yang telah Ia takdirkan untuk kita.

Dan jadilah orang yang paling berbahagia, karena sesungguhNya Allah telah menyediakan tempat kesudahan yang baik bagi orang-orang yang sabar, seperti dalam firmanNya :
“Dan orang-orang yang sabar karena mengharapkan keridho-an Tuhannya, melaksanakan sholat, menginfakkan sebagian rezeki yang kami berikan kepada mereka, secara sembunyi-sembunyi atau terang-terangan, serta menolak kejahatan dengan kebaikan; orang –orang itulah yang mendapat tempat kesudahan yang baik. Yaitu surga ‘adn, mereka masuk ke dalamnya bersama dengan orang-orang yang sholeh dari nenek moyangnya, pasangan-pasangannya dan anak cucunya, sedang para malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu.(sambil mengucapkan) “selamat sejahtera atasmu karena kesabaranmu”. Maka alangkah nikmatnya tempat kesudahan itu.” (Ar-ra’d : 22 - 24)
(Auyisa/euis)

*Terinspirasi oleh buku “Ketika Allah Berbahagia”

Posting Komentar

0 Komentar

Top Post Ad

Below Post Ad